Kasino yang Tak Mencari Menang

Saya tak pernah datang ke kasino mencari keberuntungan dari lemparan dadu. Itu adalah kesunyian setelah kopi tengah malam—ketika cahaya redup, dan udara berbau seperti dupa dari makam yang terlupakan—di situlah saya mulai mengerti. Kemenangan bukanlah hasil dari taruhan berani; itu adalah ritual yang diucapkan. Di reruntuhan Kairo, di bawah cahaya bulan Nordik, saya menyaksikan ibu-ibu bermain sendiri—bukan untuk untung, tapi untuk mengingat tawa anak-anak mereka. Setiap chip adalah rune yang ukir oleh kesabaran; setiap meja adalah altar suci tempat kebahagiaan disamarkan sebagai ritual. Rumah ini tak ingin pemenang. Ia ingin saksi. Saya berhenti mengejar ‘jackpot’ dan mulai mengejar kehadiran—20 menit saat fajar dengan teh, tanpa iklan pernah terjual. Komunitas ini tidak dibangun oleh algoritma—tapi oleh napas bersama di tiga benua. Putri saya pernah bertanya mengapa kita bermain jika kita kalah? Saya tak menjawab dengan logika—Ia menjawab dengan kesunyian. Ini bukan perjudian. Ini adalah kenangan yang menjadi nyata. Roda tak berputar demi keberuntungan—itu berputar karena Anda masih ada. Dan ketika Anda masih ada… Anda menjadi Raja Fornir selanjutnya.