Saat Menang, Kau Menangis

Aku masih mengingat tangan pertamaku di meja Fu Niu—bukan karena menang, tapi karena duduk diam setelah tengah malam.

Kartu tak bercahaya seperti kembang api. Mereka berbisik. Seperti lenter kuil di gang sunyi, tanpa sorak.

Aku datang bukan untuk keuntungan, tapi untuk ritme sesuatu yang lebih tua dari kebetulan: martabat dalam keheningan.

Mitos Keberuntungan Adalah Cermin

Mereka bilang nasib acak—RNG-certified, adil—but kita perlakukan seperti takdir saja.

Aku mengawasi sepuluh putaran Zhuang dan Xian sebelum menyentuh dompetku lagi. Tidak mengejar streak. Tidak menghitung kemenangan.

Aku menghitung napas.

Ritual Sunyi Lebih Dari Taruhan Besar

Nenekku dulu berkata: “Permainan terbaik adalah yang kau mainkan dengan tangan terbuka.”

Tidak setiap putaran harus berteriak. Kadang, kesunyian lebih bernilai daripada bonus.

Aku mulai dengan taruhan $10—cukup kecil untuk merasa aman—and tetap hingga fajar.

Fu Niu Bukan Permainan. Ia Adalah Duka Yang Sembuh

Mereka menyebutnya “Perayaan Fu Niu”—tapi ini bukan permen atau suara.

Ia adalah cahaya lenter di trotoar basah setelah tengah malam. Ia adalah nyanyi nenek sambil kau menanti nasib yang tak pernah datang.

Kau tak perlu menang. Kau perlu dilihat.

Gabunglah Di Bawah Lenter Ini

Jika kau pernah duduk sendirian lewat tengah malam dan bertanya apakah takdir itu baik…

datang carilah kami di komunitas sunyi ini. kirimkan tangkapanmu. Beritahu aku bagaimana kau menangis saat kau menang—and mengapa kau tetap.